Jumat, 14 Mei 2010

Antara Sisi Negatif dan Positif Bermain Komputer

SMOKE Pot julukannya. Dia termasuk pendekar medioker dalam jagat maya bernama Ragnarok. Levelnya sudah 76, tinggal beberapa penggal menuju tahap kewaskitaan seorang pendekar. Semakin tinggi level yang dimainkan, semakin tinggi tingkat kesaktian yang dimiliki dan kekayaan seorang gamer juga semakin bejibun.

"Sampai saat ini saya baru mencapai level 74 dan kekayaan saya sudah hampir mencapai 11 juta zeni, mata uang Ragnarok. Kalau diuangkan dengan cara dijual ke sesama gamers entah berapa nilainya," ujar Erwan (24) salah seorang mahasiswa jurusan teknik di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung, saat ditemui di warung internet di kawasan Dago Pojok.

Untuk sampai level 74 , Erwan sudah lupa berapa jam waktu yang dihabiskannya. Karena untuk mencapai level top tersebut dirinya sudah menghabiskan waktu hampir satu tahun dan menghabiskan waktu antara delapan hingga sepuluh jam setiap harinya untuk duduk memelototi monitor komputer.

Ragnarok, merupakan salah satu online game yang paling disukai gamer di kalangan anak-anak maupun dewasa. Mereka menjadikan Smoke Pot bagian dari hidup mereka dan online game menjadi bagian dari gaya hidup atau lifestyle.

Menurut Moch. Zaini Alif, salah seorang peneliti mainan tradisional yang juga Ketua Komunitas Hong dan Pusat Kajian Mainan Rakyat, dibandingkan dengan sisi positifnya, permainan online game cenderung lebih banyak sisi negatifnya. "Bukan hanya pemainnya yang lupa akan waktu karena harus terus berada di hadapan komputer, tetapi juga perilaku bermain online game semakin memupuk sifat individualistik dan konsumtif. Karena mereka akan bermain seorang diri dan untuk bermain mereka harus mengeluarkan uang cukup besar untuk uang sewa komputer," ucap Zaini menerangkan.

Di sejumlah negara, kehadiran online game telah menciptakan ketakutan kalangan orang tua maupun pemerintah (kaum konservatif). Karena game dengan latar battlefield ini akan membawa dampak lebih fatal daripada game Counter Strike. Dulu akibat kecanduan game CS timbul kasus penembakan di Virginia Tech. "Kebayang kalau ada gamer yang kecanduan game battlefield, sangat mungkin akan timbul kasus pemboman," ujar Zaini.

Menurut Dwi Hastuti, salah seorang sosiolog dan juga pemerhati sosial di Kota Bandung, tingkat emosional seseorang berbeda-beda. "Apalagi yang berkaitan dengan online game yang cenderung seragam menampilkan kekerasan, tetapi dimainkan oleh berbagai lapisan tingkatan usia, ini ada kecenderungan mengubah perilaku emosi pecandunya," ujar Dwi.

Bermain online game telah menjadi gaya hidup di perkotaan urban, dengan berbagai dampak yang diakibatkannya. Seorang gamer dapat berubah kondisi tubuh maupun sikapnya bila terlalu lama memainkan online game akibat kecanduan atau ketergantungan. "Jadi di sini tinggal kembali ke gamer sendiri, apakah mampu menjadi diri sendiri atau tokoh game-nya," ujar Dwi.

Untuk mengurangi efek negatif dari permainan online game, Ronny (22), salah seorang gamer, mengaku, selalu mengupayakan agar bermain online game yang jadi hobinya itu dilakukan selepas pukul 22.00 WIB. "Selain lebih murah juga tidak mengganggu waktu kuliah atau belajar," ujarnya.

Dalam hal ini Ronny dan beberapa rekannya lebih memilih untuk membagi dan mengatur waktu. Selain itu dirinya juga lebih mementingkan pendidikannya dibandingkan dengan hobinya. "Oleh karena itu, semua kembali kepada pelakunya, mau berprilaku negatif atau positif," ujar Ronny.

Ya, jangan sampai menjadikan gaya hidup ber-online game menghabiskan waktu dan uang. Dengan resep bisa membatasi waktu bermain dan tak terbius Ragnarok apalagi sampai kebablasan. (Retno HY/"PR")***

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/...etail&id=78206

0 komentar: